Sandiaga Uno Dorong Milenial Jadi Pengusaha

Jakarta, BISKOM –  Ajang kegiatan 29th Indonesia International Education Training & Scholarship Expo 2020 dan 2th Indonesia EduTech 2020 yang diselenggarakan oleh PT Wahyu Promo Citra pada hari Minggu, 9/2/2020 di JCC Senayan, Jakarta, secara khusus menyelenggarakan seminar dengan tema; “How To Be Millenials Entrepreneur” dengan narasumber Founder Ok Oce Indonesia Sandiaga Uno,  Ketua Umum Asosiasi Pengusaha TIK Nasional (APTIKNAS) Ir. Soegiharto Santoso alias Hoky,  Ketua Umum Ok Oce Indonesia Iim Rusyamsi, Bendahara Umum Ok Oce Indonesia Rahmad Agustiar, Pengusaha Keripik Riezka Rahmatiana, CEO IYKRA Fajar Jaman dan Founder Kopi Besan & Kacang Tuang Muhammad Al-Bagir dengan moderator Wakil Direktorat Diklat Ok Oce Indonesia Evi Erwiyati.


Sandiaga Uno selaku pembicara utama menyampaikan, “Pasar Indonesia sedang berkembang. Hal tersebut menjadi peluang yang harus bisa dimanfaatkan bagi anak muda, karena pasar kita berkembang sampai 2045. Tapi kalau milenial engga ambil kesempatan ini akan masuk lah produk-produk dari luar negeri, kepentingan dari perusahaan besar dari luar negeri,” terang Sandi.



Sandiaga Uno dan Soegiharto Santoso di Seminar EduTech 2020, How To be Mellenial Entrepreneur.

“Di sini banyak nggak yang suka mager? Males gerak. Kita nggak boleh mager, lawannya ya pro aktif. Mau belajar ke sana sini.” Teriak Sandi penuh semangat untuk memotivasi peserta seminar di JCC yang berjumlah lebih dari 1.000 anak-anak usia milenial.
Politisi Partai Gerindra tersebut menyampaikan bahwa menjadi pengusaha harus bisa berinovasi. Inovasi menurutnya adalah membuat sesuatu menjadi lebih murah, efisien, dan bagus hasilnya. Ia juga meminta agar generasi milenial tidak takut mengambil resiko dan tidak takut gagal. Menurutnya, gagal adalah tangga menuju kesuksesan.
“Kita harus berani risk taking, mumpung masih muda jangan takut ambil resiko. Gagal nggak masalah, ini anak tangga menuju kesuksesan. Saya juga sering gagal. Tahun lalu aja saya gagal total,” kata Sandi.



Sandiaga Uno foto bersama dengan seluruh pembicara seminar How To Be Millenials Entrepreneur.

Menurut Sandi, tidak adanya link and match antara dunia usaha dengan tenaga kerja menjadi salah satu penyebab susahnya mencari kerja di Indonesia saat ini. Padahal, pertumbuhan ekonomi mencapai 5 persen, lebih tinggi dibanding negara lain, bahkan bisa di atas 6 persen. Tetapi, mengapa koor susah mencari kerja masih terdengar? Sebelumnya ada data tingkat pengangguran banyak diisi lulusan SMK, yang seharusnya siap kerja.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa menembus 6 persen lebih. Syaratnya, pemerintah harus lebih banyak mengeluarkan regulasi yang memudahkan para wirausahawan. Sandi mencatat, ekonomi Indonesia tumbuh pesat. Dengan mengakomodir para wirausaha bisa saja membantu mendorong pertumbuhan ekonomi ke 6 persen,” ungkapnya.
Mantan Wakil Gubernur DKI ini menegaskan, di tengah industri 4.0 memang teknologi menjadi salah satu hal penting yang harus dikuasai para milenial. Menurutnya, teknologi menjadi kesempatan bagus di tengah industri 4.0. “Kita sekarang itu industri 4.0, robotics, Internet of things, artificial intelligence, dan sebagainya. Ini teknologi harus dikuasai milenial, ini jadi kesempatan emas kita,” pungkasnya.



Soegiharto Santoso di Seminar EduTech 2020, How To be Mellenial Entrepreneur.

Sementara itu, dalam paparanya Hoky menekankan pentingnya menciptakan lapangan pekerjaan sendiri atau menjadi wirausaha/ technopreneur, ekonomi kerakyatan harus diperkuat terlebih dahulu, sebagai pondasi core utama dan menciptakan lapangan pekerjaan secara mandiri, dengan cara kolaborasi dan meningkatkan sumber daya manusia generasi milenial Indonesia melalui pemanfaatan TIK.
Indonesia tentu harus melakukan perubahan diberbagai bidang, salah satu perubahan itu bisa terbentuk dengan perbaikan sumber daya manusia, sebab tantangan utama kedepan adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang dapat mengelaborasi ilmu pengetahuan, keterampilan hidup, dan penguasaan terhadap teknologi informasi.
Hoky mengatakan, “Jika masyarakat telah cerdas tidak ada lagi yang mau menjadi karyawan, mereka akan berupaya menjadi wirausaha/ technopreneur, kami di APTIKNAS siap membantu pemerintah menjalin kerjasama untuk  menjadi fasilitator, mengadakan training/ pelatihan dan menjadi konsultan studi kelayakan serta pemagangan.”



Direktur Utama PT. Wahyu Promo Citra HM. Sukur Saka selaku Event Organizer bersama Founder Ok Oce Indonesia Sandiaga Uno, Komisaris PT Falah Inovasi Teknologi Deni Darodjat Muslim dan Direktur Utama PT Sumber Sehat Bahagia Richard Chen.

“Technopreneur berasal dari 2 kata yakni technology dan entrepreneur. Technology berarti sesuatu yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, sedangkan entrepreneur berarti kemampuan untuk bekerja sendiri. Secara luas, technopreneur berarti menciptakan sesuatu yang dapat membantu kehidupan manusia untuk mendapatkan penghasilan,” katanya.
Hoky juga mengatakan, Saat ini kita berada pada era disrupsi dimana suatu inovasi baru masuk ke pasar dan menciptakan efek disrupsi yang cukup kuat sehingga mengubah struktur pasar yang sebelumnya, segala sesuatu terjadi secara random, baik hal positif maupun negatif dapat menjadi viral hanya dalam hitungan detik. Era ini memberikan kemudahan bagi siapapun untuk melakukan apa saja di dunia maya dengan begitu mudah, namun kita harus selalu hati-hati dan teliti dalam mengambil keputusan.  
Menurut Hoky, bahwa sikap seorang wirausaha dalam hal melihat masalah adalah sebagai tantangan dan bukan sebagai hambatan, sehingga setiap tantangan adalah peluang serta pasti akan ada celah peluang untuk meraih kesuksesan.
Hoky menegaskan bahwa kewirausahaan harus dimulai dari diri sendiri dengan kebulatan tekad hati, bahwa benar diawal usaha tidak mudah, karena kita harus melawan malas, gengsi, malu, ragu, tidak percaya diri, takut gagal, untuk itulah dibutuhkan pendampingan pembenahan hati, melalui diskusi, simulasi game, serta arahan sesuai iman masing-masing.
Selain itu, Hoky juga memberikan tips kepada generasi milenial untuk memiliki kesiapan mental sebagai pengusaha. “Semuanya dibentuk dengan proses, mulai dari hati, pikiran, perkataan dan tindakan yang berulang menjadi kebiasaan lalu menjadi karakter. Karakter inilah yang membentuk visi dan misi diri menjadi value diri. Juga diperlukan skill/keterampilan berpikir konsep dan penerapannya melalui skill manajemen, knowledge, komunikasi, leadership, business serta jangan lupa attitude, agar menjadi modal dasar menuju etos kerja yang baik yang kita miliki,” pungkas Hoky.
Dalam paparannya Hoky juga menyertakan slide-slide produk dan layanan para anggota APTIKNAS, antara lain PT Kota Cerdas Indonesia, PT GCR IoT Indonesia, PT Mitra Security Asia, Qlue Indonesia, Nodeflux, MKP Mobile, Agen Parkir, SVARA Broadcasting & Media Platform, Bambu Media dan Falah Inovasi Teknologi. (red)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel